OPINI - Lebaran tahun ini terasa istimewa. Keputusan pemerintah untuk memperpanjang cuti bersama Hari Raya Idul Fitri melalui SKB 3 Menteri dari tanggal 29 April - 6 Mei 2022, disambut antusias oleh masyarakat. Apalagi, Presiden Jokowi melalui pernyataan resminya, membolehkan masyarakat mudik. Membaiknya pengendalian covid-19 di Indonesia, menjadi dasar pertimbangan kebijakan Presiden.
Antusias masyarakat melakukan mudik lebaran tahun ini sangat luar biasa. Riset yang dilakukan Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Perhubungan pada akhir Mei lalu diperkirakan 85, 5 juta penduduk Indonesia akan melakukan mudik pada Lebaran 2022. Artinya, 1 dari 3 orang di Indonesia melakukan aktifitas Mudik.
Provinsi Sumatera Barat termasuk dalam urutan ke-8, provinsi dengan tujuan mudik terbesar di Indonesia. Meskipun belum ada rilis resmi jumlah kedatangan pemudik, diperkirakan lebih kurang 2 juta orang pemudik yang datang terutama lewat jalur darat. Artinya, ada pertambahan jumlah penduduk Sumatera Barat sebesar 35 ?ri biasanya, selama cuti lebaran berlangsung.
Potensi yang luar biasa dari sisi aktifitas ekonomi, mengingat bahwa para pemudik, terutama para perantau Sumatera Barat berasal dari seluruh pelosok nagari. Karakteristik para perantau ini, akan menghabiskan waktunya selama cuti lebaran untuk berkumpul dengan karib - kerabat, sanak saudara, handai tolan, disamping melakukan kunjungan ketempat-tempat wisata yang ada di Sumatera Barat.
Ada kebiasaan dari para perantau untuk memberikan sebagian rezekinya kepada sanak saudara yang dikunjungi. Sebaliknya, sanak saudara yang dikunjungi juga akan memberikan pelayanan yang terbaik bagi perantau. Terutama dalam penyajian hidangan makanan yang menjadi kekhasan di Ranah Minang.
Salahsatu kebiasaan para perantau juga berburu kuliner khas Minang. Lidah orang Minang itu sulit untuk 'dikicuh', meskipun sudah berpuluh tahun di rantau. Selera itu sulit berubah. Kerinduan terhadap segala sesuatu yang berhubungan kuliner khas Minang, ditumpahkan selama cuti panjang lebaran tahun ini. Terlihat dari membludaknya pengunjung di tempat-tempat kuliner khas Minang di setiap daerah di Sumatera Barat.
Pemandangan umum juga terlihat di pasar-pasar tradisional di kabupaten/kota di Sumatera Barat, menjelang dan bahkan sesudah hari H lebaran, yaitu membludaknya pengunjung, terutama berbelanja pakaian dan segala sesuatu yang berkaitan persiapan lebaran.
Seorang pedagang pakaian kaki lima yang penulis kunjungi di Pasar Tradisional Padang Panjang, mengungkapkan kaegembiraannya karena barang dagangannya laris terjual. Bergairahnya aktifitas jual-beli di pasar-pasar tradisional, disamping kebijakan Pemerintah memberikan THR sebesar gaji pokok + 50 % tunjangan kinerja bagi PNS dan kewajiban bagi perusahaan untuk memberikan THR bagi karyawannya, juga disebabkan karena lebih cepatnya cuti mudik lebaran tahun ini. Sehingga, bantuan para perantau kepada sanak saudara bisa digunakan untuk kebutuhan lebaran.
Cuti lebaran yang cukup panjang, membuat pemudik lebih leluasa untuk bepergian ke tempat-tempat wisata di berbagai daerah di Sumatera Barat. Jalur lintas Sumatera, Padang - Padang Panjang - Bukittinggi - Payakumbuh merupakan jalur terpadat kemacetannya. Jalur Padang Panjang - Bukitinggi yang pada hari biasa ditempuh dalam waktu 1/2 Jam, sampai pada hari ketiga lebaran harus ditempuh 3-4 jam perjalanan.
Namun demikian, kemacetan ini memberikan berkah tersendiri bagi pedagang asongan di sepanjang jalan tersebut. Cemilan khas seperti 'Sala lauak, Talua asin, Bika, paragede jaguang, pisang habuih, karapuak balado, karapuak jariang, jaguang habuih', menjadi cemilan lokal yang laris dibeli para pemudik menemani perjalanannya.
Baca juga:
Ernest, Apa itu Dunguh?
|
Boleh dikata, sektor informal terutama lapangan usaha perdagangan eceran, makanan-minuman dan akomodasi, merupakan beberapa lapangan usaha yang omset penjualannya meningkat selama lebaran tahun 2022. Lapangan usaha diatas, merupakan penyerap Tanaga kerja terbesar di Sumatera Barat.
Jika diasumsikan setiap pemudik membelanjakan uangnya 1 juta rupiah selama cuti lebaran, maka dengan jumlah pemudik 2 juta orang, terjadi tambahan transaksi ekonomi di Sumatera Barat lebih kurang 2 trilyun atau sepertiganya APBD Provinsi Sumatera Barat, dalam beberapa hari saja.
Selanjutnya, uang yang diterima oleh pedagang dari hasil jual beli, akan dibelanjakan kembali untuk berbagai kebutuhan pada berbagai lapangan usaha lainnya. Akan ada 'multiplier effek' dan perputaran uang lagi di daerah setelah itu. Pada akhirnya akan berpengaruh kepada peningkatan nilai tambah PDRB Sumatera Barat dan tentu saja bermuara kepada peningkatan pertumbuhan ekonomi.
Untuk mengetahui lebih detail tentang pengaruh mudik terhadap perekonomian daerah, tentu memerlukan kajian/penelitian khusus. Namun secara kasat mata kita, bisa dilihat dan dirasakan pengaruhnya di daerah-daerah di Sumatera Barat. Apalagi transaksi ekonomi yang terjadi langsung bersentuhan dengan ekonomi kerakyatan. Para pedagang kaki lima dan sektor informal juga 'kecipratan' rezeki dari para pemudik selama libur lebaran tahun ini.
Oleh: Indra Gusnady, SE, M.Si, (Kepala Badan Keuangan Daerah Kabupaten Solok)